nusarayaonline.id – Sebuah narasi provokatif muncul dalam bentuk unggahan di media sosial Facebook dengan akun Jeffrey P Bomanak menyinggung perihal kemerdekaan Papua. Tulisan yang berjudul ‘Jalan Singkat Menuju Papua Merdeka dan Berdaulat Adalah Perang Gerilya dengan Taktik Penyanderaan’ tersebut beropini bahwa hanya dengan penyanderaan dapat mengubah dan mendesak PBB bertindak diluar mekanismenya demi keselamatan nyawa manusia. Untuk itu, lewat tulisan tersebut mendorong agar masyarakat Papua dan para aktivis pro kemerdekaan fokus mendukung penyanderaan Pilot Susi Air dibawah pimpinan Eginaus Kogoya.
Disebutkan juga bahwa OPM tengah meyakinkan dunia internasional untuk NKRI agar menghentikan operasi militer. OPM juga disebut tengah melobby dan menekan PBB serta masyarakat internasional agar Indonesia bertanggungjawab melakukan negosiasi internasional untuk perjuangan bangsa Papua. Di akhir tulisannya ditekankan sebagai pesan penting bagi seluruh masyarakat yang mendukung perjuangan bangsa Papua.
Narasi tersebut selain ditulis dalam bahasa Indonesia juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Dilihat dari polanya, memang ingin disebarkan tak hanya untuk Indonesia namun juga internasional. Melalui narasi tersebut juga terindikasi bahwa TPNPB-OPM masih merasa diatas angin dengan adanya penyanderaan yang hingga kini masih dilakukan. Jeffrey Bomanak merasa bahwa strategi penyanderaan bisa menjadi jalan singkat untuk memaksa dunia yakni PBB agar Indonesia bersedia bernegosiasi terkait kemerdekaan Papua. Sebuah jalan pikiran pendek, tak memperhatikan sebab akibat hingga dampak yang terjadi akibat sejumlah aksi kekerasan yang dilakukan kelompoknya selama ini demi misi kemerdekaan yang utopis.
Perselisihan Jeffrey Bomanak dan Benny Wenda dalam Menyikapi Penyanderaan Pilot Susi Air
Telah lama diketahui bahwa kelompok separatis yang mendukung kemerdekaan Papua tidak berada dalam satu pemikiran yang sama meski sama-sama dalam satu tujuan. Sejumah sub kelompok bahkan berdiri sendiri tanpa melalui komando dari pihak yang disebut sebagai pemimpinnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu adanya gangguan keamanan yang terjadi beruntun seakan berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi.
Begitu juga yang terjadi antara Jeffrey Bomanak selaku orang yang mengaku sebagai ketua TPNPB OPM dan Benny Wenda selaku ketua ULMWP. Disebutkan dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui Radio New Zealand (RNZ), Benny Wenda menyampaikan kepada OPM agar segera membebaskan pilot Susi Air karena negara Selandia Baru merupakan pendukung kuat Papua Barat. Insiden penyanderaan Pilot tersebut juga disebut merupakan kesalahan pemerintah Indonesia karena terus membiarkan pelanggaran HAM di Papua dan menolak mengizinkan Komisioner HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengunjungi wilayah Papua. Merespon hal tersebut, Jeffrey Bomanak lantas membantah pernyataan Benny Wenda dengan sikap kontra. Menurutnya siapapun politisi tidak punya kapasitas untuk mendikte OPM, apalagi seorang Benny Wenda yang tidak memiliki legalitas dan integritas dalam orientasi politik TPNPB-OPM. Baginya, seorang Benny Wenda tidak termasuk dalam perjuangan bangsa Papua. Ia hanya pembuat propaganda dan penipu yang selalu mencari sensasi terkait isu diplomasi perjuangan bangsa Papua.
Saat ini Benny Wenda diebut hanya menari diatas panggung politik yang dilakukan TPNPB-OPM. Sebagai contoh, saat mencari dukungan hingga ke wilayah pasifik dan khususnya Vanuatu yang merupakan kerja keras OPM, hasil dari perang gerilya berdasarkan konstitusi 1 Juli 1971. Sekali lagi bahwa TPNPB OPM tidak mengakui setiap politisi yang mengklaim diri sebagai presiden tanpa ada proses kebenaran yang demokratis dalam perjuangan bangsa Papua. Singkatnya, TPNPB OPM tidak mengakui apapun yang disampaikan oleh Benny Wenda.
Perselisihan Jeffrey Bomanak dan Juru Bicara TPNPB OPM Sebby Sambom Terkait Penangkapan Anton Gobay
Di lain perisitiwa, ketidakkompakan juga terjadi pada tubuh TPNPB OPM khususnya pada saat penangkapan Anton Gobay di Philipina. Dalam pernyataaannya, Jeffrey Bomanak menuntut pemerintah Philipina agar menghormati perjuangan masyarakat Papua dan membebaskan Anton Gobay. Dirinya juga mengakui bahwa Anton Gobay merupakan anggota TPNPB. Di sisi lain, juru bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom menolak mengakui Anton Gobay sebagai anggota TPNPB OPM. Bahkan dirinya juga menganggap pernyataan Jeffrey Bomak terkait tuntutan pembebasan Anton Gobay sebagai pernyataan sampah. Menurutnya, yang dilakukan Anton Gobay adalah kegiatan illegal karena kerja sama dengan kelompok kiri Philipina.
Sebby Sambom juga malah membeberkan bahwa Jeffrey Bomanak sebagai pelaku kriminal karena pernah merampok dirinya dan Anton Gobay di Bougainville, Papua Nugini. Jeffrey Bomanak juga disebut hanya mencari panggung. Dirinya tidak mengakui keberadaannya. Diantara 36 komando daerah pertahanan TPNPB OPM, Jeffrey Bomanak dengan Benny Wenda disebut sebagai orang oportunis dan ambisius.
Perselisihan Egianus Kogoya dengan Jeffrey Bomanak Menyikapi Pergerakan Kelompok Separatis Papua
Tak hanya dengan Benny Wenda dan Sebby Sambom, tidak solidnya para aktivis ini juga merambah hingga Egianus Kogoya. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu, dirinya tampak murka menyinggung orang-orang yang hidup di luar negeri mengaku sebagai diplomat dan berjuang untuk Papua merdeka. Egianus Kogoya secara blak-blakan menyebut nama satu per satu yakni Benny Wenda, Sebby Sambom. Viktor Yemu dan Jeffrey Pagawa Bomanak. Mereka dituding sebagai pihak yang hanya menumpang hidup dari aksi kelompoknya yang disebut berjuang untuk kemerdekaan Papua.
Pernyataan Jeffrey Bomanak Hanya Gertakan untuk Eksistensi Diri
Meski hal tersebut tak secara mutlak berlaku secara terus menerus, namun adanya perselisihan di tubuh para aktivis pendukung kemerdekaan Papua tersebut menandakan terdapat celah diantara mereka dalam sejumlah pergerakan yang tidak terkoordinasi. Sifat dasar mereka yang haus akan eksistensi menjadi kelemahan sekaligus kewaspadaan yang harus diantisipasi. Adanya insiden penyanderaan pilot Susi Air seperti menjadi ajang bagi mereka untuk menunjukkan kekuatan dengan sejumlah upaya ancaman yang belum tentu sama dengan kondisi di lapangan. Posisi para aktivis tersebut yang tak berada di wilayah Papua menjadi satu indikasi besar bahwa motif yang sedang dicari adalah panggung eksistensi. Bersatunya mereka saja masih belum bisa mewujudkan misi kemerdekaan, apalagi saat ini terpecah belah karena kepentingan individual.
Maka seharusnya adanya narasi-narasi tersebut tak perlu untuk digubris atau direspon secara berlebih karena hanya menjadikan dirinya besar rasa. Hal yang harus dilakukan saat ini adalah fokus terhadap upaya pembebasan pilot Susi Air dimana kelompok Egianus Kogoya beberapa waktu terakhir telah melancarkan strategi mengecoh aparat dengan memunculkan video sang pilot seakan-akan masih dalam satu kelompok.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)