Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Salah satu strategi yang kini digencarkan adalah pemanfaatan lahan kering melalui pengembangan padi gogo secara masif dan terintegrasi. Hal ini menjadi fokus utama dalam kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 24, yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) secara daring, Jumat (01/08/2025).
MSPP merupakan forum penting dalam mendiseminasikan strategi Kementan dalam menghadapi tantangan pangan global, perubahan iklim dan krisis energi melalui pemanfaatan padi gogo dan pendekatan integratif.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman terus berupaya mewujudkan mimpi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Menurut Mentan Amran, capaian dan mimpi tersebut kini sudah di depan mata, di mana produksi nasional terus mengalami kenaikan.
Mendukung Mentan Amran, Kepala Badan PPSDMP Idha Widi Arsanti menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan keberhasilan program ini, khususnya dengan dukungan penyuluh dan petani milenial.
Sementara itu, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Tedy Dirhamsyah menegaskan bahwa peran penyuluh sangat krusial dalam mendampingi petani pada implementasi lapangan.
Sedangkan menurut narasumber MSPP, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Baginda Siagian menyampaikan bahwa pengembangan padi gogo merupakan bagian integral dari strategi nasional ketahanan pangan 2024–2029.
“Lahan kering kita memiliki potensi besar untuk ditanami padi gogo. Terdapat lebih dari 503 ribu hektare yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di sela-sela kebun sawit rakyat yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian tumpangsari,” ungkap Baginda.
Baginda menambahkan bahwa program ini merupakan bagian dari Blueprint Swasembada Pangan 2024–2029. Diantaranya mencakup berbagai intervensi mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, optimalisasi lahan, hingga transformasi pertanian tradisional menuju modern. Dengan sistem usahatani yang diversifikatif dan integratif (SUPRA-DIN), kita tidak hanya meningkatkan produksi, tapi juga nilai tambah dari pertanian dan perkebunan rakyat.
“Terakhir, saat ini kita telah menetapkan strategi percepatan dengan melibatkan dinas perkebunan dalam usulan CPCL, serta mendesain penyaluran bantuan benih dan sarana pendukung tepat waktu sesuai musim tanam hujan,” pungkasnya.