PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyatakan program Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga (Jargas) membantu Indonesia mengakselerasi terwujudnya swasembada energi, mengingat program ini dapat menurunkan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).
”Sebenarnya itu perwujudan dari swasembada energi, kemudian itu juga dalam cara kita untuk menuju ketahanan energi,” kata Sekretaris Perusahaan PGN Fajriyah Usman di Jakarta, Jumat.
Selain itu, disampaikannya dampak positif dari program Jargas ini cukup besar, yakni secara langsung mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari impor LPG, mengakselerasi terwujudnya ekonomi hijau, dan menciptakan ekosistem ekonomi baru di daerah.
”Jargas bukan cuma soal efisiensi energi, tapi juga menciptakan ekosistem ekonomi baru di daerah-daerah. Program Jargas bukan hanya mengalirkan energi ke dapur rumah, tapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur pipa, seperti pelanggan kecil dan UMKM,” ujarnya.
Ia menjelaskan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pihaknya menargetkan untuk bisa membangun tambahan jaringan gas rumah tangga hingga 100 ribu sambungan rumah (SR) pada tahun ini.
Ada pun sampai saat ini, lebih dari 810 ribu rumah tangga sudah terlayani gas bumi PGN.
Lebih lanjut, ia menyampaikan dalam rangka mengakselerasi program Jargas, PGN bekerja sama dengan para pengembang (developer) untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi yang diharapkan dapat menahan laju impor LPG.
Sebelumnya, pihaknya mempercepat pembangunan jaringan gas bumi GasKita di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Rosa Permata Sari, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (31/7) mengatakan percepatan ini sebagai wujud komitmen PGN untuk menghadirkan manfaat gas bumi yang selalu tersedia 24 jam, hemat, praktis dan ramah lingkungan untuk warga DI Yogyakarta.
Pengembangan Jargas di wilayah Sleman membidik sektor rumah tangga, pelanggan kecil, dan komersial.
Untuk menyalurkan gas bumi ke sektor-sektor tersebut, PGN menggunakan moda beyond pipeline dalam hal ini gas terkompresi atau CNG serta membangun infrastruktur berupa stasiun pengatur tekanan (PRS) yang terhubung dengan jaringan pipa distribusi sepanjang 100 km.